Seorang pakar investasi telah membagikan pandangannya tentang kripto, di mana ia merasa setiap investor wajib memiliki aset digital ini dalam portofolio mereka.
Pakar tersebut adalah CEO Janus Henderson Investors, Ali Dibadj, yang baru-baru ini membagikan pandangannya tentang pasar kripto dan pentingnya aset ini dalam portofolio investasi dalam program TV Bloomberg.
Kripto dalam Portofolio Investasi
Coin Edition melaporkan bahwa, pembicaraan dimulai dengan Dibadj yang membahas volatilitas pasar kripto. Dia mencatat bahwa meskipun fluktuasi bisa menakutkan, itu adalah masalah jangka pendek.
Perusahaannya, Janus Henderson Investors, mengadopsi pendekatan jangka panjang, fokus pada tren berkelanjutan daripada pergerakan pasar yang sementara. Strategi ini sejalan dengan visi perusahaan yang lebih luas untuk menciptakan peluang investasi yang stabil dan jangka panjang bagi kliennya.
Dibadj mengidentifikasi beberapa tren kunci yang membentuk masa depan investasi. Yang pertama adalah lanskap geopolitik, yang ia gambarkan sebagai semakin tidak stabil.
“Volatilitas ini harus menjadi pertimbangan bagi siapa saja yang berinvestasi di saham dan aset digital,” ujarnya.
Ia pun menyoroti lingkungan politik, yang dinilai dapat berdampak signifikan pada stabilitas dan kinerja perusahaan, menjadikannya faktor penting dalam keputusan investasi.
Tren lain yang disoroti Dibadj adalah perubahan demografis, khususnya dalam pertumbuhan populasi. Dia mengamati bahwa populasi global, yang telah menjadi penggerak pertumbuhan yang signifikan selama berabad-abad, diproyeksikan akan menurun dalam dekade berikutnya.
Perubahan demografis ini, dari tailwind menjadi headwind, akan membutuhkan investor untuk mengevaluasi ulang dan menyesuaikan portofolio mereka agar tetap efektif.
Dalam hal diversifikasi portofolio, Dibadj menekankan pentingnya memasukkan kripto. Seiring dengan kematangan lingkungan kripto, itu menjadi komponen yang lebih layak dari strategi investasi yang terdiversifikasi.
Dibadj percaya bahwa dalam pasar yang volatil, diversifikasi adalah kunci untuk mengelola risiko dan mengamankan keuntungan jangka panjang. Namun, dia juga mencatat bahwa Janus Henderson Investors saat ini belum berfokus pada investasi kripto.
Di sisi lain, pasar juga menyoroti integrasi teknologi blockchain ke dalam keuangan tradisional. Lembaga keuangan besar, termasuk Lloyds Banking Group, Banco Santander dan UBS, telah merangkul blockchain melalui partisipasi mereka dalam peluncuran jaringan manajemen likuiditas baru.
Sistem Pembayaran Sterling Fnality, yang dikembangkan oleh startup blockchain Fnality, adalah contoh utama integrasi ini.
Sistem ini, yang diakui sebagai sistem pembayaran yang diatur oleh HM Treasury pada Agustus 2022, beroperasi di bawah pengawasan Bank of England dan Regulator Sistem Pembayaran Inggris.
Transaksi langsung di akun omnibus yang dipegang Fnality mewakili kemajuan yang signifikan dalam model transaksi digital, baik di pasar keuangan grosir maupun di pasar tokenisasi aset yang berkembang.
Cryptopolitan melaporkan, prestasi terbaru Fnality, termasuk kolaborasi strategis dengan raksasa keuangan seperti Goldman Sachs dan BNP Paribas dan investasi kolektif sebesar US$95 juta, menegaskan kesuksesannya.
Perusahaan ini mengkhususkan diri dalam menciptakan versi tokenisasi dari mata uang utama, didukung oleh cadangan tunai di bank sentral. Pendekatan ini meningkatkan stabilitas dan keandalan mata uang digital ini.
Kenaikan teknologi blockchain dalam keuangan tradisional adalah bagian dari tren yang lebih luas. Misalnya, JPMorgan telah aktif menjelajahi inisiatif blockchain dan tokenisasi.
Bank tersebut memfasilitasi transaksi kolateral antara BlackRock dan Barclays menggunakan aplikasi terdesentralisasi dan memperkenalkan fitur pembayaran yang dapat diprogram untuk akun berbasis blockchain di Sistem JPM Coin. [st]