Suara.com – David Ozora (17) selaku korban penganiayaan oleh Mario Dandy Satrio tengah menjalani terapi tilting table. David dinilai memperoleh efek positif pasca menjalani terapi tersebut.
Sebelumnya, anak eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Mario Dandy menganiaya David bersama temannya bernama Shane Lukas. Keduanya pun ditetapkan sebagai tersangka bersama AGH selaku pacar Mario Dandy.
Paman David, Rustam Hatala menyampaikan bahwa ada perkembangan dari kesadaran motorik David. Peningkatan itu berkat terapi tilting table yang dijalani olehnya.
Rustam menjelaskan bahwa David sudah bisa berdiri dengan baik pada terapi tilting table. Bahkan, ototnya mampu menopang tubuhnya dengan baik.
Baca Juga:
Heboh Pengendara Motor Pukul-Ludahi Pria di Medan karena Tak Terima Disalip
Berkaitan dengan hal tersebut, berikut penjelasan apa itu terapi tilting table yang dijalani David pasca mengalami koma dampak dari penganiayaan Dandy.
Tilting table merupakan terapi yang ada di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi. Maksud dari terapi tersebut merupakan terapi yang menggunakan alat bantu mobilisasi dini pada pasien yang tak mampu berdiri sendiri.
Terapi tilting table kerap digunakan oleh fisioterapi atau perawat yang terlatih di laboratorium elektrofisiologi atau rumah sakit atau klinik. Tilting table dilakukan dengan cara memiringkan papan sejajar dengan tubuh agar tubuh pasien dapat beradaptasi.
Ketika menggunakan terapi ini, pasien diminta berbaring di atas meja selama 15 menit. Pasien akan ditahan dengan tali pengaman sehingga tidak akan jatuh.
Setelah itu, meja akan diputar ke atas hingga pasien dalam posisi berdiri yakni kaki di bawah dan kepala di atas. Pasien perlu menjalani terapi ini agar terbiasa menirukan pergerakan dari posisi berbaring ke posisi berdiri atau horizontal ke vertikal.
Baca Juga:
Tegas! Kejagung Pastikan Tak Ada Restorative Justice Kasus Mario Dandy
Durasi pelaksanaan tilting table ini adalah sekitar 40 menit. Kemudian pada tes tahap dua, maka dilakukan hingga 90 menit.
Selama tes tersebut dilakukan, pasien akan terus diperiksa terkait detak jantung, tekanan darah, dan lain sebagainya untuk dievaluasi bagaimana tubuhnya merespon perubahan posisi. Pemeriksaan tersebut menggunakan elektroda pada dada, lengan dan kaki pasien beserta monitor yang menunjukkan hasil tersebut.
Ketika elektroda dipasang, maka alat EKG atau elektrokardiogram akan digunakan. Alat pengukur tekanan darah akan digunakan oleh dokter untuk mengawasi tekanan darah pasien.
Selanjutnya, apabila pasien membutuhkan obat-obatan, maka obat tersebut akan diberikan dalam bentuk infus. Reaksi tubuh pasien selama menerima obat pun terus diawasi.
Berikutnya, jika pasien mampu sadar selama tes tersebut, maka terapi berlangsung dengan baik. namun jika pasien pingsan dalam posisi berdiri, maka meja akan diubah ke posisi horizontal. Pasien akan terus diawasi selama 20 (dua puluh) menit sebelum tes benar-benar berakhir.
Tilting table ini tidak memiliki resiko komplikasi yang serius bagi pasien karena non-invasif. Meskipun pasien pingsan, bukan berarti tes ini tidak efektif.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma